makna damai salam

Makna Damai di Balik Salam: Ketika Budaya Menyatu dalam Kata Sederhana

Written by:

Bayangkan budaya seperti sebuah gunung es. Yang tampak di permukaan—seperti makanan, bendera, dan perayaan—adalah bagian yang sering dirayakan di sekolah-sekolah dan ruang publik. Namun, justru di balik permukaan itulah terdapat nilai-nilai inti yang lebih mendalam—nilai-nilai yang menyatukan manusia di seluruh dunia.

Di tengah dunia yang semakin penuh gejolak, di mana sistem sosial dan politik kerap diuji, konflik meningkat, dan hak asasi manusia sering diabaikan, muncul kerinduan kolektif akan perdamaian. Nilai ini kadang muncul ke permukaan dalam bentuk sederhana—dalam salam sehari-hari yang kita ucapkan tanpa berpikir panjang.

Di banyak wilayah Arab dan Asia Selatan, seperti Bangladesh, salam “as-salamu alaykum” berarti “damai menyertaimu.” Di India, Nepal, dan Bhutan, kata “namaste” bukan hanya bentuk sopan santun, melainkan juga pengakuan spiritual—“jiwa dalam diriku menyapa jiwa dalam dirimu.” Gesturnya pun memperdalam makna: tangan disatukan di dada, lambang penghormatan.

Di Myanmar, salam “mingalarbar” diucapkan penuh hormat, sering disertai doa tambahan untuk keberkahan. Anak-anak menyambut pagi dengan senyum dan ucapan salam saat bergegas ke sekolah. Di pedalaman pegunungan Lesotho, setelah perjalanan panjang, Anda mungkin bertemu dengan penggembala yang menyapa dengan “lumela” atau “khotso,” yang juga berarti damai.

Jika kita menelusuri lebih jauh makna dari “shalom” dalam bahasa Ibrani atau salam Korea seperti “annyeong,” kita akan menemukan akar yang sama: pesan perdamaian dan niat baik. Namun, sering kali kata-kata ini telah menjadi kebiasaan cepat tanpa renungan, kehilangan kedalaman maknanya yang dahulu.

Dengan menyadari kembali makna asli dari ucapan-ucapan ini, kita dapat menggeser cara pandang kita terhadap budaya. Ini bukan sekadar soal menyapa—melainkan soal menghargai nilai-nilai yang universal, membuka diri, dan menjadi lebih fleksibel dalam menyikapi perbedaan budaya di era globalisasi.

Leave a Reply