Coba ingat kembali cerita favoritmu. Apa yang membuatmu terus membaca sejak kalimat pertama? Mungkin itu adalah penggambaran yang kuat, kalimat penuh misteri, atau emosi yang langsung menyentuh. Sama halnya dalam menulis analisis sastra—pengantar yang menarik adalah kunci untuk membuat pembaca tertarik mengikuti argumenmu.
Namun banyak penulis pemula tergoda untuk langsung menulis pengantar. Padahal, menulis pengantar di awal justru bisa membuatmu buntu. Rahasia kecilnya adalah: tulislah pengantar terakhir, setelah kamu memahami apa yang ingin kamu analisis dan bagaimana kamu akan mengemukakannya.
Langkah awal dalam menulis analisis sastra yang kuat justru adalah menemukan tesis utama. Tesis adalah argumen sentral dari esai—fondasi di mana semua analisismu berdiri. Untuk menemukannya, mulailah dengan bertanya pada teks. Misalnya, jika kamu membaca Great Expectations karya Dickens, kamu bisa bertanya: Kenapa tokoh-tokohnya sering disebutkan dalam konteks tangan?
Setelah mengajukan pertanyaan, lanjutkan dengan mengamati pola. Apakah kamu menemukan bahwa tangan dalam novel tersebut menggambarkan kekuasaan, status sosial, atau bahkan ironi? Dari sinilah lahir tesis: “Melalui simbol tangan, Dickens mengkritik ketimpangan kelas sosial dan mendesak perlunya reformasi di era Victoria.”
Setelah kamu menulis dan merevisi bagian analisis utama, kembalilah ke pengantar. Gunakan strategi yang sama seperti para penulis hebat—buat pembuka yang menyentuh tema, tapi dengan cara yang imajinatif dan relevan.
Contohnya:
“Dengan 27 tulang kecil, tangan manusia memiliki kekuatan untuk membangun dan menghancurkan. Dalam sejarah, ribuan tangan telah menciptakan perubahan. Charles Dickens tak melewatkan simbol ini. Dalam Great Expectations, ia menggunakan tangan sebagai metafora ketimpangan sosial dan seruan reformasi bagi masyarakatnya.”
Hindarilah membuka esai dengan kutipan klise, definisi kamus, atau pertanyaan retoris. Sebaliknya, mulailah dengan aneka pendekatan seperti konteks sejarah, anekdot, atau simbol kuat.
Menulis Itu Seni dan Strategi
Menulis analisis sastra bukan sekadar menyusun pendapat. Ini adalah proses menggali, menghubungkan, dan menyampaikan makna secara puitis dan logis. Tesis dan pengantar bukan pelengkap, tapi pemantik. Jika kamu bosan saat menulis, pembacamu akan bosan saat membaca. Maka, perhatikan cara kamu membuka tulisan—karena dari sanalah pembaca memutuskan, apakah aku ingin terus membaca?
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.