Warna adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari—tapi pernahkah kamu bertanya-tanya apa itu warna sebenarnya? Mengapa kita bisa melihat benda berwarna merah, biru, atau kuning? Jawabannya ternyata berhubungan erat dengan sifat cahaya sebagai gelombang.
Gelombang: Dari Ombak Laut ke Cahaya
Bayangkan kamu duduk di atas perahu dan melihat sepotong gabus naik-turun di permukaan laut. Gerakan yang berulang-ulang itu adalah ciri khas dari gelombang. Dalam fisika, gerakan semacam itu disebut periodik, dan dapat diukur menggunakan periode dan frekuensi.
- Periode: Waktu yang dibutuhkan sebuah gelombang untuk menyelesaikan satu siklus.
- Frekuensi: Jumlah siklus gelombang yang terjadi dalam satu detik.
Nah, cahaya ternyata juga memiliki sifat yang sama: ia adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi.
Warna = Frekuensi Cahaya
Inilah fakta mengejutkan: warna adalah frekuensi cahaya yang kita lihat.
- Cahaya merah memiliki frekuensi paling rendah dalam spektrum cahaya tampak.
- Cahaya ungu memiliki frekuensi paling tinggi.
- Semua warna lain berada di antara rentang tersebut, dan membentuk spektrum warna tampak.
Namun, frekuensi cahaya sangat tinggi—lebih dari 400 triliun kali per detik!—sehingga kita tidak bisa melihatnya berosilasi seperti gabus di laut. Sebagai gantinya, mata kita mengenali frekuensi tersebut sebagai warna.
Mengapa Benda Berwarna?
Ketika cahaya dari matahari menyinari sebuah objek, benda tersebut menyerap sebagian warna dan memantulkan sisanya. Warna yang dipantulkan adalah warna yang kita lihat.
Contoh:
- Pensil kuning memantulkan cahaya kuning dan menyerap warna lainnya.
- Kaos hitam menyerap semua warna dan mengubahnya menjadi panas.
- Benda putih memantulkan semua warna cahaya secara merata.
Itulah sebabnya mengapa memakai pakaian hitam di bawah sinar matahari terasa lebih panas—karena semua frekuensi cahaya diserap dan diubah menjadi energi panas.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.